Penguatan Pengelolaan Ekonomi Biru Berbasis Kolaborasi Pentha Helix: Langkah Strategis Menuju Kesejahteraan Rakyat
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki kekayaan laut yang luar biasa dengan luas wilayah laut mencapai 3,25 juta kilometer persegi dan garis pantai sepanjang 99.000 kilometer. Namun, meskipun potensi tersebut sangat besar, kontribusi sektor kelautan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional masih tergolong rendah, hanya sekitar 7%. Kondisi ini menjadi dasar pembahasan dalam Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) berjudul “Penguatan Pengelolaan Ekonomi Biru Berbasis Kolaborasi Pentha Helix Guna Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat di Indonesia” yang disusun oleh Kolonel Marinir Agustiawarman, S.H., M.M., peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan LXVI Lemhannas RI tahun 2024.
Dalam Taskap ini, penulis mengidentifikasi tantangan utama dalam pengelolaan ekonomi biru, termasuk pencemaran laut, rendahnya kapasitas teknologi maritim, dan kurangnya integrasi antar-pemangku kepentingan. Hal ini menyebabkan potensi besar sumber daya laut Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Taskap ini mengusulkan model kolaborasi Pentha Helix sebagai pendekatan strategis untuk mengatasi tantangan tersebut. Model ini melibatkan sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media untuk menciptakan solusi terpadu yang berkelanjutan.
Ekonomi biru berfokus pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Dalam laporan ini, sektor-sektor utama seperti perikanan, pariwisata bahari, energi terbarukan, dan konservasi lingkungan laut menjadi sorotan utama. Dengan pendekatan berbasis Pentha Helix, Taskap ini menyoroti pentingnya inovasi teknologi, pelatihan tenaga kerja, serta penguatan regulasi untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya laut secara optimal.
Taskap ini juga menggarisbawahi pentingnya mitigasi pencemaran laut yang disebabkan oleh limbah plastik dan kegiatan perikanan yang tidak berkelanjutan. Salah satu rekomendasi strategis adalah penerapan kebijakan tegas untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem laut serta pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pendidikan dan pelatihan. Dengan langkah ini, diharapkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dapat meningkat.
Melalui analisis SWOT, Taskap ini menawarkan rekomendasi operasional untuk memperkuat kebijakan pengelolaan ekonomi biru, termasuk integrasi kebijakan lintas sektoral, peningkatan teknologi maritim, dan pengembangan energi terbarukan dari laut. Penulis juga menekankan pentingnya kolaborasi aktif antara berbagai pihak dalam kerangka Pentha Helix untuk menciptakan dampak nyata terhadap kesejahteraan rakyat dan lingkungan yang berkelanjutan.
Taskap ini menjadi kontribusi penting dalam mengidentifikasi peluang dan tantangan di sektor kelautan Indonesia. Diharapkan hasil kajian ini dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi biru demi mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat. Semangat kolaborasi lintas sektor yang diusulkan menjadi langkah strategis untuk memastikan potensi besar sumber daya laut Indonesia dimanfaatkan secara bijaksana untuk masa depan.